Tentang Budaya Mencontek
ilustrasi mencontek |
Kenapa sih ada rasa ingin mencontek?
Oke, kita mulai dengan pertanyaan mengapa ada rasa ingin mencontek dalam diri?. Ya tentunya faktor utama yaitu tentang nilai yang akan didapatkan, namun sadarkah ada hal lain selain itu?. Ya faktor gengsi yang merujuk pada kesamaan nilai atau lebih tinggi dari nilai teman juga menjadi penyebab rasa ingin mencontek ini datang.Siapa sih yang dirugikan?
Lalu, dari mencontek ini siapa sebenarnya yang dirugikan?, si tukang contek atau sumber tukang contek?. Nah, dalam hal ini kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda.Sisi Formalitas
Kalau dari sisi ini jelas yang dirugikan yaitu si jujur.
Bagaimana tidak, si pencontek yang tidak belajar dan usahanya hanya memikirkan strategi untuk bisa mengelabuhi pengawas demi mendapat jawaban dari si jujur kadang mendapat nilai yang sama atau bahkan lebih tinggi dari si jujur. Tentunya ini sangat merugikan si jujur yang sudah mati-matian belajar demi memperbaiki nilai yang akan tertera di kertas ulangan.
Sisi Hukum Alam
Katakanlah dalam bidang pekerjaan, dari dulu hingga sekarang yang dibutuhkan dalam dunia kerja adalah skill atau kemampuan. Jelas, si pencontek hanya punya sediit skill atau bahkan tidak mempunyai skill sama sekali, mengapa?.
Ya, karena pada masa si pencontek belajar, mereka tidak akan tau apa itu sebab akibat dari suatu permasalahan, yang mereka tahu hanyalah menyalin jawaban teman dan selesai.
Jikapun nanti si pencontek bisa mendapatkan pekerjaan dari ijazah hasil menconteknya itu, mereka akan kesulitan dalam menjalani pekerjaannya karena skill yang mereka miliki tidak sesuai dengan ijazah mereka.
Siapa yang salah?
Oke, kita masuk ke pembahasan terakir. Jadi, sebenarnya siapa yang harus di salahkan dari terciptanya budaya mencontek ini?. Saya tidak akan berpihak pada satu kubu, dua-duanya saya salahkan.Pengajar
Memang saya akui, sulit untuk memilah mana yang jujur dengan yang tidak jujur karena memang perbandingan jumlah pengajar dengan murid jauh berbeda. Namun, seyogyanya pengajar harus lebih bijak dalam menyikapi kata-kata tersebut.
Siswa
Ketika siswa memikirkan bagaimana nanti bertahan dalam dunia kerja yang sebenarnya, mereka akan cenderung berpikir tentang sebab-akibat bukan hanya tentang menyalin jawaban teman.
Lalu tentang gengsi. Sebagai seorang siswa janganlah hanya memikirkan gengsi tentang nilai. Okelah sekarang kamu kelihatan pintar, tapi nanti ketika kamu masuk dunia kerja?, hukum alam akan berbicara. Apakah mau nanti pas masuk dunia kerja kamu dianggap sampah karena tidak memiliki skill?.
Tentu tidak kan, so... gengsi yang kamu tanam selama ini untuk meningkatkan derajatmu di mata masyarakat akan hilang seketika saat kamu masuk dunia kerja. Lain halnya jika kamu tidak memikirkan gengsi dan fokus pada mengasah kemampuan diri, derajatmu akan naik sendiri di mata masyarakat bahkan sampai pada dunia kerja nanti.
Kesimpulan
Kesimpulannya, mencontek itu hal yang buang-buang waktu. Bagaimana tidak kamu sekolah 12 tahun(wajib) dan kamu ngga punya skill apa-apa, apakah itu bukan buang-buang waktu namanya.Mungkin hanya sedikit tulisan di atas yang bisa saya sampaikan tentang budaya mencontek. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, jika kamu punya pendapat sendiri juga bisa kamu sampaikan melalui kolom komentar di bawah.
Maafkan saya apabila terdapat kata-kata yang menyinggung dari tulisan di atas, semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Post a Comment for "Tentang Budaya Mencontek"