Etika dan Kebiasaan Orang Jawa

Ngomongin soal orang Jawa, sebagian besar orang hanya teringat pada gaya bicaranya yang medok. Namun sebenarnya banyak karakter, perilaku, sifat dan kebiasaan orang Jawa lainnya yang tergambar di masyarakat, baik yang kamu sadari maupun tidak.
etika dan kebiasaan orang jawa
Image by pixabay.com
Sebagai orang Jawa, Ikhfan kadang suka resah dengan acara televisi yang mendoktrin bahwa kehidupan orang Jawa itu setiap hari pakai blangkon(sesuatu yang dikenakan di kepala ciri khas orang jawa) atau ibu-ibu dengan kebayanya. Tidak menjadi sesuatu yang salah sih karena pakaian adat tersebut memang ciri khas orang Jawa. Tapi yang menjadi masalah adalah itu semua tidak benar, walaupun kehidupan kami di Jawa, tidak setiap hari kami memakai pakaian adat Jawa. Kami juga seperti manusia pada umumnya, kehidupan biasanya kurang lebih sama dari segi gaya berpakaian, hanya yang berbeda mungkin bidang pekerjaan.

Selain masalah pakaian, Ikhfan juga risih saat nonton acara televisi yang menceritakan "ada orang Jawa yang baru ke kota, lalu dia seperti terheran-heran yang amat sangat dan kadang juga diceritakan bahwa orang tersebut gaptek", it's a bullshit. Mungkin banyak orang Jawa yang heran saat pertama datang ke kota, tetapi tidak terheran-heran yang berlebihan seperti yang di gambarkan pada ftv dan sejenisnya. Dan orang Jawa juga tidak se-gaptek seperti yang diceritakan pada film televisi. Hmmm...apa itu bukan pembohongan publik?

Nah, tidak usah panjang lebar lagi ngomongin keresahan, langsung simak etika dan kebiasaan orang Jawa.

Menjaga Sopan Santun

Yang pertama yaitu menjaga sopan santun. Sifat orang jawa yang satu ini sepertinya sudah kasat mata ya. Orang jawa pada umumnya pandai menjaga sopan santun baik dengan orang yang lebih tua atau bahkan dengan sesamanya. Orang Jawa tahu bagaimana caranya bersikap sebagai tamu yang menghormati tuan rumahnya.

Ramah Tapi Sungkan Menyapa(Pemalu)

Kamu mungkin orang Jawa atau pernah berpapasan dengan orang Jawa. Jangan heran kalau kadang orang Jawa saat sedang jalan lebih suka sedikit menundukan pandangan dan jika berpapasan hanya mengangguk dan memberikan senyum. Itu karena karakter orang Jawa yang pemalu, biasanya sih itu terjadi kalau di tempat tinggal mereka yang baru. Sebenernya mereka ingin menyapa dan memulai percakapan tapi biasanya mereka malu-malu. Namun, kalau sudah ngobrol, orang Jawa itu asiknya bukan main hehe.

Ngalah dan Menghindari Konflik

Orang Jawa dalam kehidupan sosialnya lebih suka mengalah. Bukan karena mereka takut, tapi karena mereka tidak suka adanya pertikaian atau konflik. Sebagaimana kehidupan masyarakat di Jawa yang guyub dan rukun mereka sangat tidak ingin terjadinya konflik dalam kehidupan sosial mereka. Hal ini juga merupakan suatu nilai plus untuk keharmonisan pasangan atau rumah tangga, so buat kamu yang punya pasangan orang Jawa bersyukurlah hehe.

Filosofi Hidup Mengalir Seperti Air

Orang Jawa tidak neko-neko. Mereka hidup mengalir layaknya air, mereka tidak terlalu memikirkan beban hidup. Asalkan hidup berjalan, tidak punya hutang, bisa mencukupi keluarga, mereka sudah sangat bersyukur. Hidup itu tidak perlu pusing-pusing dipikirkan, hidup itu untuk dijalani. Sebenarnya filosofi ini ada baik buruknya sih kalau menurut Ikhfan pribadi.

Karakter Pekerja Keras dan Penurut

Pada dasarnya orang Jawa itu bukan pemalas. Mereka mengerjakan apa yang semestinya mereka kerjakan. Bahkan ketika mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang agak ringan mereka tidak berdiam diri dan bergantung. Ketika mereka menerima gaji, mereka juga bukan tipe orang-orang yang boros. Mereka lebih suka menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung atau dikirim ke ibu di kampung ketika mereka berposisi sebagai orang perantauan.

Nrimo

Orang Jawa itu nrimo(menerima apa adanya). Orang jawa tidak suka yang neko-neko(macam-macam). Misalnya saat ibu memasak makanan untuk si anak, si anak tidak meminta macam-macam, apa yang ada ya itu yang dimakan(tetapi miris, karakter orang Jawa yang satu ini menurut Ikhfan mulai pudar seiring anak-anak terlalu dimanja oleh orang tuanya). Selain contoh tadi, termasuk dalam hal pasangan juga orang Jawa nrimo. Ketika mereka merasa cocok satu sama lain, mereka tidak memandang lagi bagaimana keadaan pasangan. Sudah tidak ada lagi permasalahan yang menghambat mereka untuk berkomitmen lebih jauh.

Saat Berjalan Sungkan Mendahului

Saat orang Jawa berjalan, mereka sungkan mendahului, apalagi mendahului orang tua, itu merupakan suatu pantangan. Mereka lebih memilih berjalan di belakangnya tanpa mendahului walau kadang membuat mereka agak kurang nyaman tapi itu lebih baik daripada mendahului. Mungkin kebiasaan ini merupakan turunan dari sifat orang Jawa yang menjaga sopan santun.

Mudah Bergaul dan Membaur

Orang Jawa juga mudah bergaul, itulah mengapa orang Jawa mudah di terima masyarakat di manapun mereka berada. Mudah bergaul ini mungkin juga pengaruh dari sifat orang Jawa yang suka mengalah, sehingga tidak menimbulkan konflik saat mereka bergaul dengan suku atau bangsa manapun. Mungkin ini juga salah satu faktor yang membuat orang Jawa tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Kebersamaan dan Tolong-menolong

Orang Jawa itu sangat mengedepankan kebersamaan daripada hidup enak sendirian. Ibaratnya makan ngga makan yang penting ngumpul. Susah senang sebisa mungkin terus bersama, itulah yang menimbulkan sifat tolong-menolong. Mereka solid, jika ada saudaranya yang sedang dalam kesulitan mereka ikut merasakannya. Maka dari itu orang Jawa jiwa sosialnya tinggi.

Banyak Pantangan

Nah yang ini kayanya juga udah terkenal di masyarakat luas ya, bahwa orang Jawa itu sedikit-sedikit "ora ilok"(suatu ungkapan untuk melarang). Ya, perihal pantangan ini menurut Ikhfan pribadi sih ada baik buruknya. Tapi mari kita ambil contoh positifnyan saja ya!

Misal ketika mereka sedang makan terus ada yang ngobrol, biasanya ada yang mengingatkan "ora ilok mangan karo ngomong"(ngga boleh makan sambil ngomong), sayangnya kadang kurang dipercaya sama anak-anak zaman sekarang, mungkin karena mereka hanya melarang tanpa memberi alasan. Tetapi kalau kita telaah lebih dalam, jelas larangan ini sangat benar, karena makan sambil ngomong bisa mengakibatkan kita tersedak nantinya.

Memegang Erat Tradisi dan Budaya

Mereka orang-orang Jawa sangat memegang erat budayanya. Di beberapa kota masih sangat kental tradisi-tradisi Jawanya walau zaman sudah modern. Contoh kasat matanya saja yaitu di daerah keraton Yogyakarta, mereka sangat memegang erat tradisi dan budaya Jawa. Maka dari itu, Ikhfan katakan orang Jawa sangat memegang erat tradisi dan budayanya.
Baca Yuk Desaku dan Mata Airnya
Nah di atas beberapa etika dan kebiasaan orang Jawa dalam pergaulan mereka sehari-hari. Sebagai orang Jawa, Ikhfan patut bangga, melihat karakter, perilaku, sifat, dan kebiasaan orang Jawa yang menurut Ikhfan sangat terstruktur dan tidak asal-asalan.
Jika kamu punya pendapat lain tentang orang Jawa, silahkan berpendapat di kolom komentar di bawah, Matur Nuwun.
Ikhfan Yusuf
Ikhfan Yusuf Bukan siapa-siapa, hanya hamba Allah yang suka nulis-nulis @ikhfan_yusuf

4 comments for "Etika dan Kebiasaan Orang Jawa"

  1. Banyak orang jawa yang sudah kehilangan kejawaannya, termasuk saya. Banyak dari poin-poin di atas yang sudah diabaikan. Juga karena kita sudah tidak terbiasakan lagi sejak kecil akan poin-poin itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, saya rasa juga begitu. Saya hanya menuliskan secara umum orang-orang yg hidup di Jawa yg belum terlalu terpengaruh perubahan zaman. Kalau orang2 Jawa yg sudah ke kota2 besar(merantau) saya rasa memang banyak karakternya yg hilang(terutama saya sendiri), yg paling terasa yaitu tentang kebersaman dan tolong-menolong, banyak yg hilang rasa sosialnya(egois).

      Delete
  2. yg di didaerah sangat menjunjung etika dan kebiasaan itu. sangat mudah ditemui. tpi kalo udah ke kota org2 udah modern, kultur yang terasimilatis dan bercampur membuat kebiasaan khas itu mulai menghilang

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener banget mas, terutama yang saya rasain sendiri ketika di kota yaitu kesopanan dan sikap peduli yang mulai memudar

      Delete